Minggu, 10 Februari 2013

Fungsi Sabun atau Detergen Dalam Proses Laundry

Ada beberapa jenis sabun yang harus diketahui dan dipahami cara pemakaiannya dengan benar agar dapat menghasilkan cucian yang berkualitas. Pelatihan yang terkait dengan teknis pemakaian masing-masing jenis sabun amat disarankan untuk diikuti.

Sabun yang kita kenal dan kita pergunakan sehari-hari pada dasarnya adalah terbuat dari perpaduan minyak kelapa atau kelapa sawit atau lemak dengan soda api, kita sebut saja sabun alamiah atau sabun biasa.

Sedangkan deterjen (detergent) adalah jenis sabun tiruan (synthetic detergent), dimana semua bahan dasarnya dibuat dari jenis kimia tertentu. Ini dikarenakan bahwa sabun alamiah atau sabun biasa hanya dapat berfungsi amat baik bila kondisi airnya juga baik (pH normal). Sedangkan dalam kondisi pH air tidak normal, sabun biasa justru akan bercampur dengan unsur-unsur mineral yang terkandung dalam air itu, dan akan menimbulkan bayang-bayang (filming) noda kotor pada mesin-mesin dan bahan tekstil/ cucian yang sedang dicuci. Panas, hangat atau dinginnya suhu air yang dipakai amat mempengaruhi efektifitas dan kualitas kerja sabun untuk menghasilkan cucian yang baik.

Sabun secara umum dapat kita bedakan :
Sabun netral (neutral soap).

Yaitu sabun yang belum dicampur atau diperkuat dengan alkali atau sodium.
Dalam proses pencucian, sabun jenis ini dibantu alkali, agar dapat berfungsi sebagai pembersih. Digunakan untuk mencuci pakaian tingkat kekotoran ringan, atau untuk mencuci pakaian yang warnanya mudah luntur.
Skala pH sabun netral berkisar antara 9.6 – 9.9
Sabun berdaya bangkit (built soap/ emulsifier).

Yaitu sabun yang telah diberi campuran alkali. Jenis sabun ini tetap harus ditambah alkali lagi, dan banyak dipakai untuk mencuci pakaian tingkat kekotoran berat.
Istilah “builder“ yang diterjemahkan sebagai “pemberdaya atau motor penggerak“, sering dikaitkan pada nama alkali – “alkali builder “- maksudnya sebagai penambah daya pembersih sabun.

Istilah “emulsifier“ maksudnya adalah bahwa sabun beralkali tersebut mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan dan mengumpulkan lemak atau minyak dari serat benang dalam bentuk butiran atau gelembung yang selanjutnya dilarutkan air. Skala pH sabun jenis ini adalah diatas 10.
Zat ensim (enzyme)

Deterjen yang mengandung zat ensim aktif (enzyme activated detergent) sudah dipakai secara luas, sejak sekitar tahun 1970-an. Semula zat ensim yang sebenarnya termasuk jajaran deterjen ini, masih kurang diminati orang karena harganya yang kelewat tinggi, jika dibandingkan dengan harga deterjen aktif lainnya. Namun saat ini sudah bukan lagi barang mahal mengingat dampak positifnya yang demikian besar sebagai alternatif pengganti pemakaian petroleum solvent, sekaligus pengganti sistim pencucian dry cleaning dimasa mendatang.

Zat ensim bukanlah organisme hidup, karena zat ensim masih ada hubungannya dalam rangkaian panjang dengan protein. Ia merupakan katalisator yang berkemampuan menghancurkan dan melarutkan noda karbohidrat dan protein. Setelah membentuk larutan, maka mereka bebas bereaksi terhadap yang lain. Zat ensim sabun (enzyme detergent) tidak boleh dicampur dengan alkali atau bleach yang kuat, karena justru akan mengurangi daya reaksi zat ensim itu sendiri. Zat ensim amat diperlukan untuk mencuci semua jenis cucian. Ia dapat bekerja efektif pada suhu antara 49°C – 72°C atau antara 37°C – 57°C dan pada pH 6,0 – 9,5. Reaksi ensim akan menguat dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu 10°, sampai dengan batas suhu mencapai angka 50°C. Jika dicampur deterjen dengan tingkat alkalitas yang moderat, maka ia akan menjadi bahan pembersih atau pencuci yang luar biasa. Bahkan sangat efektif untuk membersihkan segala macam noda pakaian dan linen.

Ada 3 macam zat ensim yang umum dipergunakan dalam proses pencucian, yaitu :

    Proteases, yang dapat bereaksi untuk melarutkan noda protein.
    Amylases, yang dapat bereaksi untuk melarutkan noda kanji atau karbohidrat.
    Lipases, yang dapat bereaksi untuk melarutkan noda minyak.

Zat ensim sebenarnya ada dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada air liur dan perut besar kita. Berguna untuk membantu proses penghancuran makanan, sekaligus berfungsi sebagai pembunuh bakteri atau racun yang membahayakan tubuh.

Zat ensim yang dipergunakan sebagai bahan dasar sabun tiruan dapat juga diambil dari lendir bekicot. Tubuh bekicot yang amat banyak mengandung lendir, berfungsi memudahkan bekicot melumat makanannya yang padat, sekaligus menetralkan racun-racun yang membahayakannya. Orang desa umumnya sudah mengetahui khasiat dari lendir bekicot dalam hubungannya dengan penyembuhan luka-luka baru.
Sabun yang dihasilkannya amat aman terhadap lingkungan serta dapat dipergunakan sebagai sabun pada proses pencucian secara wet clean, yang diharapkan dapat menggantikan sistim pencucian secara dry cleaning, pada masa mendatang.
Muatan ion listrik pada sabun

Menurut muatan ion listrik dari masing-masing zat pembasah (wetting agents) pada sabun atau deterjen, maka jenisnya dapat dibedakan menjadi :
Nonionic :

Yaitu jenis sabun atau deterjen yang dapat dipergunakan dalam segala kondisi kadar kesadahan air (asam ataupun basa), karena sabun atau deterjen tersebut tidak mempunyai ion yang bermuatan listrik. Zat jenis ini mudah sekali menyerap kedalam serat benang dan dapat menghilangkan noda gemuk dan minyak dengan amat baik. Zat pembasah jenis ini paling banyak dipergunakan.
Anionic :

Yaitu jenis sabun atau deterjen yang hanya dapat dipergunakan pada kondisi kadar kesadahan air basa, karena ion-nya bermuatan listrik negatif. Amat efektif bekerja pada suhu air panas, walaupun dapat juga bekerja pada suhu air hangat ataupun dingin.
Cationic :

Yaitu jenis sabun atau deterjen yang hanya dapat dipergunakan pada kondisi kadar kesadahan air asam, karena ion pada sabun atau deterjen tersebut bermuatan listrik positif. Itulah sebabnya sabun atau deterjen yang mengandung zat ini akan menjadi sangat lemah daya pembersihannya.
Zat-zat additive :

Sabun atau deterjen dalam perkembangannya sekarang ditambahi zat-zat lainnya (zat additive), sehingga daya bersihnya menjadi semakin maksimal. Zat-zat yang dimaksud adalah :
Surfactant

Yaitu zat yang dapat memperlemah tegangan permukaan bahan tekstil atau pakaian yang dicuci. Maksudnya agar air dan wetting agent tadi dapat dengan mudah meresap dan membasahi tekstil yang dicuci tersebut (membantu tugas wetting agent).
Optical Brightening Agent (OBA)

Zat ini dapat mengubah gelombang panjang sinar ultra violet yang tidak terlihat dengan kasat mata, menjadi terpantul dari bahan atau pakaian yang selesai dicuci sehingga tampak cerah. Namun sekarang pemakaian OBA sudah mulai banyak dihindari oleh para produsen sabun, karena dianggap dapat merusak lapisan ozone yang kemudian mengakibatkan terjadinya pemanasan global (global warming).
Anti Redeposition Agent

Berfungsi sebagai zat yang dapat mencegah kotoran atau noda yang telah dikeluarkan oleh sabun/ deterjen dari serat benang pakaian yang dicuci agar tidak menempel kembali. Zat jenis ini yang terkenal adalah carboxy methyl cellulose ( CMC ).
Rust Proofing atau Anti Rust

Berfungsi sebagai pencegah karat yang terjadi karena adanya gumpalan lemak sabun dengan noda pakaian yang telah ditarik dari permukaan serat benang pakaian yang dicuci.

Jadi tugas utama sabun atau deterjen pada suatu proses pencucian adalah :
Mengeluarkan, mengapungkan, melarutkan serta mencegah agar noda-noda kotoran tidak kembali menempel pada serat benang jenis bahan yang kita cuci, disamping tentunya juga berfungsi sebagai pembunuh bakteri.

Amat disarankan agar dapat mengikuti pelatihan dan selalu memahami petunjuk pemakaiannya dengan benar sebelum mempergunakannya agar dapat menghasilkan cucian yang berkualitas.

 Penulis : H. Santosa Budhi HP CLM MBA
Sumber : mesinlaundry.com
Laundry Expert & Consultant at mesinlaundry.com
Add to Cart

0 komentar:

Posting Komentar